Sejarah Beton di Dunia dan Indonesia
Beton merupakan sebuah kata yang tidak asing bagi masyarakat umum terkhusus pada pelaku usaha di bidang kontruksi. Di zaman yang serba canggih ini, manusia telah banyak menggunakan beton sebagai bagian dari bangunan.
Karena beton mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan dunia konstruksi di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Pembangunan menggunakan beton sekarang bukannya hanya di perkotaan besar tapi sekarang sudah banyak yang menggunakan di pedesaan terpencil sekalipun.
Kata beton dalam bahasa Indonesia berasal dari kata yang sama dalam bahasa Belanda. Dalam bahasa Inggris disebut dengan concrete yang berasal dari bahasa latin yaitu conretus yang artinya tumbuh bersama dan digabungkan menjadi satu.
Nawy mendefinisikan bahwa beton sebagai sekumpulan intraksi mekanis dan kimiawi dari material pembentukannya. (Mulyono, 2004: 3)
Sejarah Beton di Dunia
Kita kembali ke masa lalu awal mula menggunakan teknologi beton dan cara mereka membuat beton pada masa lalu.
Sejarah permulaan penggunaan teknologi beton dimulai dari tahun 6500 SM di tepian sungai Danube di Lepenski Vir, daerah Negara Yugoslavia. Ada catatan bahwa bangsa Assyria dan Babilonia kuno telah menggunakan tanah liat sebagai semen pengikat.
Bahkan ada kemungkinan bahwa api ditemukan untuk tujuan mengubah batu kapur menjadi gamping, yang memanas waktu dicampur dengan air, dan secara lambat menjadi kaku.
Sekitar tahun 3000 SM, orang Mesir kuno juga telah menggunakan tanah liat dikombinasikan dengan jerami untuk mengikat batu bata yang dikeringkan, dan membangun piramida – piramida Ramses yang terkenal. Ilustrator pengecoran beton yang paling dini pada mural di Thebes, dari tahun 1950 SM. (Mulyono, 2004: 3-4).
Keterampilan membuat beton dari Mesir ke Laut Tengah (Mediteranian) bagian timur, dan pada tahun 500 SM digunakan di Yunani kuno. Bangsa Yunani menggunakan komposisi dasar kapur untuk menutupi dinding dari bata yang tidak dibakar.
Istana Croesus dan Attalus dibangun dengan cara yang sama. Komposisi material beton pada masa itu terdiri atas batu – batu besar yang diikat menjadi satu oleh campuran mortar kapur dan pasir.
Sekitar 300 SM bangsa Romawi juga menyempurnakan perekat tersebut agar lebih kuat dan tahan lama. Bangsa Romawi menggunakan material dari gamping pada bahan dasar bangunan koloseum, jaringan aquaduct dan berbagai jenis struktur lainya.
Pada abad kedua sebelum masehi bangsa Romawi menggali bahan material seperti pasir yang berwarna jambu yang berasal dari Pozzuoli, di dekat daerah gunung Vesuvius, Italia.
Penemuan ini sangat berpengaruh besar pada perkembangan di bidang kontruksi. Dalam 800 tahun berikutnya karena material bahan dasar tersebut bukanlah pasir melainkan abu gunung berapi yang banyak mengandung silica dan alumina, yang kombinasinya secara kimiawi dengan kapur menghasilkan apa yang biasa dikenal dengan semen pozzulan. Penggunaan beton dan bahan – bahan dasar beton seperti semen pozzulan sudah dimulai sejak zaman Romawi.
Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip – prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya.
Pada tahun 1850 J.L Lambot untuk yang pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan pada pameran dunia tahun 1855 di Prancis. J. Moenir, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tempat tanamannya. Pada 1866, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan sruktur beton.
C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok pada tahun 1906. Seiring dengan kemajuan besar yang terjadi dalam bidang ini, terbentuklah German Reinforce Concrete, Australian Concrete Comitte, American Concrete Institute, dan British Concrete (Mulyono, 2004: 5-6).
Selanjutnya J. Moenir pada tahun 1867 berhasilkan mendapatkan hak paten atas hasil karya yang dibuatnya berupa kolam penyimpanan air yang dibuat dari beton dan diberi tulang konstruksi dari anyaman tulang besi.
Pembangunan beton seperti ini ternyata bisa menghasilkan konstruksi yang lebih ringan namun bagian betonnya tetap memiliki kekuatan yang optimal. Sejak sat itulah J. Moenir menjadi sering mendapatkan hak panten untuk penggunaan konstruksi besi beton bertulang pada bangunan yang lebih besar.
Sejarah Terjadinya Teknologi Beton di Indonesia
Sepanjang sejarah Hindia dan Indonesia pada abad ke-20, beton sebagaimana yang telah kita lihat adalah bahan yang penting secara teknologis.
Banyak bangunan yang paling menonjol dari masa colonial hingga akhir dan pasca penajajahan itu dibuat dari beton dan ke-beton-nya itu dengan bangga diumumkan.
Professor Rooseno seorang insyinyur teman Presiden Ir. Soekarno, dan sepanjang periode kemerdekaan, kebanyakan bangunan lambing arsitektural paling menyolok republik itu dengan amat mesra dikenal sebagai Bapak Beton Indonesia. Beton dan beton bertulang adalah lambang kekuatan HIndia-Belanda modern dan Indonesia Modern (Mirazek, 2006: 301)
Perkembangan Teknologi Beton di Indonesia
Pengembangan beton telah sangat pesat, dari material yang hanya terdiri dari air, pasir, semen, dan krikil sampai penggunaan bahan lain yang meningkatkan kinerja beton. Misalnya fiber, semena komposit, polimer, dan lain sebagainya.
Penelitian untuk mendayagunakan material – material sisa juga menjadi prioritas di mana beton dapat diharapkan menjadi semakin ramah lingkungan, energy yang sedikit dan dapat didaur ulang. Pengunaan material hasil pembakaran sampah kota dalam beton misalnya.
Pemakaian agregat dari bangunan yang sudah dihancurkan dapat mengurangi beban lingkungan untuk selalu menyediakan material yang baru. Sifat- sifat dari beton yang getas, tidak kuat menahan Tarik juga perlu diperbaiki (Nugraha & Antoni, 2004: 20).
Di Indonesia perkembangan beton terlihat setelah tahun 1960 dengan memakai standard beton tahun 1955 yang dibuat berdasarkan standard Belanda.
Mengingat perkembangan teknologi beton sangat besar maka peraturan peraturan beton tahun 1955 diganti dengan peraturan yang baru dikenal dengan PBI 1971 (N 1-2). Dan PBI ini juga telah diganti dengan SNI 1991 atau sering disebut PBI 1991.
Perkembangan beton masih berlanjut, yang mana banyak terlihat bangunan mempergunakan beton sebagai banhan bangunan. Sehingga boleh dikatan beton merupakan bahan bangunan yang paling penting dan popular di era saat ini (henry, 2009).
Itulah sekelumit tentang sejarah beton dunia dan di Indonesia. Semoga dapat menambah wawasan untuk kita semua. Terima kasih telah berkunjung.
Share jika informasi ini menambah wawasan Anda.